Absurd tapi Seru: Aku Menulis Cerita Kita Di Tempat Yang Tak Bisa Ditemukan Sejarah

Hujan turun, bukan sekadar membasahi atap genting tua, tetapi seolah meneteskan air mata langit ke bumi. Setiap tetesnya menggigil, persis seperti hatiku setiap kali mengingatmu, Li Wei. Nama itu, dulu adalah melodi terindah, kini bagai pecahan kaca yang menyayat tenggorokan.

Kita bertemu di lembah ini, tempat di mana legenda dan kabut berbaur menjadi satu. Aku, seorang pemuda desa yang lugu, dan kau, putri bangsawan dengan senyum secerah mentari pagi. Kita merajut mimpi di bawah pohon sakura yang selalu gugur sebelum waktunya, menanam janji di tanah yang kini terasa asing.

Lentera di tanganku berkedip-kedip, cahayanya nyaris padam. Sama seperti harapan yang dulu membara, kini tinggal bara api yang hampir padam ditelan gelap. Bayangan kita berdansa di dinding bambu, BAYANGAN YANG PATAH, refleksi dari hubungan kita yang hancur berkeping-keping.

Kau pergi, Li Wei. Meninggalkanku dengan alasan yang tak pernah kumengerti. Orang bilang kau menikah dengan seorang jenderal demi menyelamatkan keluargamu. Sebuah pengorbanan mulia, kata mereka. Tapi pengorbanan itu menginjak-injak hatiku, mencabik-cabik kepercayaanku.

Bertahun-tahun berlalu, aku belajar menyembunyikan luka. Aku menjadi ahli strategi, mengasah otakku untuk membalas dendam. Aku merangkai bidak-bidak politik, memainkan peran dengan senyum dingin yang menutupi amarah membara. Aku membangun kekuasaan di balik layar, menunggu saat yang tepat.

Dan kini, saat itu tiba. Aku melihatmu berdiri di hadapanku, Li Wei. Lebih anggun, lebih dewasa, tapi matamu menyimpan jejak kesedihan yang tak bisa kau sembunyikan. Kau datang kepadaku, memohon ampun.

"Dulu, aku terpaksa..." bibirmu bergetar, berusaha menjelaskan.

Aku tersenyum, senyum yang tak sampai ke mata. "Aku tahu, Li Wei. Aku tahu segalanya."

Kau menatapku, kebingungan tercetak jelas di wajahmu. "Tapi bagaimana..."

Aku mendekat, membisikkan sesuatu di telingamu. Kata-kata yang selama ini kupendam, rahasia yang akan menghancurkanmu, dan mungkin juga diriku.

"Tahukah kamu, Li Wei? Jenderal yang kau nikahi... adalah bonekaku. Dan semua ini, KEKUASAAN ini, AKU BANGUN UNTUKMU, tapi bukan untuk cintamu, melainkan untuk..."

Aku berhenti, sengaja menggantung kalimatku. Hujan semakin deras, seolah alam pun menahan napas.

"... PEMBALASANMU."

You Might Also Like: 0895403292432 Jual Produk Skincare

Post a Comment