Kisah Seru: Aku Menunggumu Lahir Di Dunia Yang Tak Mengenal Air Mata

Aku Menunggumu Lahir di Dunia yang Tak Mengenal Air Mata

Gedung opera itu megah, tapi jiwaku terasa kosong. Lantunan guqin yang mengalun bagai sungai air mata di hatiku, setiap senar bergetar seiring penyesalan yang tak berujung. Di balkon VIP, aku berdiri, memandang kerumunan di bawah sana. Wajah-wajah mereka riang, tak tahu bahwa di balik senyumku, tersimpan lautan badai.

Lima tahun lalu, dia, Lan Xinyi, merebut segalanya. Kekasihku, kepercayaanku, bahkan masa depanku. Dia merajut kebohongan, memfitnahku, dan menyebarkan desas-desus hingga aku dipaksa meninggalkan keluarga, karier, dan semua yang kuraih. Dia memenangkan segalanya.

Aku tidak melawan. Bukan karena aku lemah. Ada rahasia yang lebih besar, rahasia yang kupegang erat demi melindungi sesuatu yang lebih berharga dari diriku sendiri. Rahasia yang terikat dengan tetesan darah yang kini berdetak di dalam rahim Lan Xinyi.

Ya, anak itu... anak itu adalah cucu dari ku.

Aku memilih diam, mengasingkan diri, dan membangun kembali diriku. Aku belajar, aku merenung, dan aku merancang. Bukan rencana untuk membalas dendam dengan pedang dan darah, tapi rencana yang lebih halus, lebih menyakitkan. Rencana yang melibatkan takdir itu sendiri.

Malam ini, Xinyi berada di panggung, menerima penghargaan atas perannya dalam opera yang sama yang dulu seharusnya menjadi milikku. Dia bersinar, cantik, dan penuh kemenangan. Tapi aku tahu, di balik kilau itu, ada kerapuhan yang akan segera terkuak.

Misteri kecil mulai hadir beberapa tahun terakhir. Bisnis Xinyi merosot, satu per satu. Teman-temannya menjauh. Reputasinya ternoda skandal kecil yang terus berulang. Awalnya, dia menganggapnya sebagai kesialan. Tapi lama kelamaan, bayangan ketakutan mulai menghantuinya.

Aku yang mengatur semuanya. Bukan dengan sihir atau kekuatan gaib, tapi dengan informasi dan pengaruh. Aku menanam benih keraguan, memanfaatkan kelemahan orang-orang di sekitarnya, dan membiarkan karma bekerja dengan sendirinya.

Puncaknya terjadi malam ini. Saat Xinyi membungkuk menerima tepuk tangan meriah, seorang pria tiba-tiba menerobos pengamanan dan naik ke panggung. Dia berteriak, menuduh Xinyi melakukan plagiarisme dan penggelapan dana. Pria itu... adalah mantan mentor Xinyi, orang yang paling dia hormati.

Kepanikan merayapi wajah Xinyi. Kerumunan mulai berbisik. Cahaya terang panggung berubah menjadi sorotan penghakiman. Aku tersenyum tipis. Bukan senyum kemenangan, tapi senyum pahit. Aku tahu, ini hanyalah awal.

Rahasia itu... akhirnya terpecahkan beberapa hari kemudian. Anak Xinyi ternyata menderita penyakit genetik yang langka, penyakit yang hanya bisa diturunkan dari garis keturunan ku. Dokter yang merawatnya, seorang teman lama, menghubungiku dengan wajah pucat.

Xinyi mengetahui semuanya. Kebenaran yang selama ini kusimpan rapat-rapat.

Kudengar dia hancur. Dia kehilangan segalanya. Kekasihnya meninggalkannya, kariernya tamat, dan anaknya... anaknya terbaring lemah di rumah sakit.

Aku berdiri di depan jendela, menatap hujan yang turun. Aku tidak merasakan kebahagiaan. Yang ada hanyalah kehampaan yang lebih dalam. Aku telah membalas dendam. Tapi dengan harga yang sangat mahal.

Aku telah memastikan bahwa Xinyi akan hidup di dunia yang penuh air mata, kebalikan dari dunia yang kuinginkan untuk cucuku. Dunia di mana dia akan tumbuh besar tanpa mengetahui pahitnya pengkhianatan dan kesedihan.

Dia akan lahir di dunia yang tak mengenal air mata... tapi hanya setelah ibunya menangis air mata darah.

Dan sekarang, anak itu akan membutuhkan diriku.

Aku berbalik dan melangkah menuju pintu, meninggalkan balkon opera yang sunyi.

Apakah dia akan memaafkan aku?

You Might Also Like: Supplier Kosmetik Tangan Pertama_30

Post a Comment